Asfarah


Kaki itu masih menari diatas kaca.
Retak. Retak. Retak.
Ia tidak berhenti.

Jemari itu masih mengenggam alasan.
Pupus. Pupus. Pupus.
Ia belum berhenti.

Lidah itu masih terus melafalkan harap.
Kosong. Kosong. Kosong.
Ia masih tidak mau berhenti.

Karena henti adalah semu. Sama seperti waktu.


Apa yang sudah diperbuat hidup padanya?

Postingan Populer